Selamat Datang di blog kami "DUNIA SAINS". Semoga ada manfaat yang bisa diambil

MESRA SEPANJANG MASA

Suatu hari Fatimah binti Rasulullah SAW, berkata kepada Ali r.a., suaminya.”Wahai kekasihku, sesunguhnya aku pernah menyukai seorang pemuda ketika aku masih gadis dulu””O ya,” tanggap Sayidina Ali dengan wajah sedikit memerah. “Siapakah lelaki terhormat itu, dinda?” “Lelaki itu adalah engkau, sayangku,” jawabnya sambil tersipu, membuat Ali tersenyum dan semakin mencintai isterinya. 
***
Ada 3 peristiwa penting dalam perjalanan hidup manusia di dunia. Ketiga peristiwa itu adalah kelahiran, pernikahan dan kematian. Kelahiran, bagi kita adalah suatu kepastian yang telah berlalu. Artinya, yang saat ini membaca tulisan ini pasti sudah lahir. Pernikahan, bagi yang belum, adalah sekedar kemungkinan karena banyak yang belum sempat menikah sudah keburu meninggal atau hingga meninggal belum sempat menikah. Kematian adalah kepastian yang pasti akan dialami oleh siapa saja yang hidup.



Bagi seorang muslim, masih ada satu lagi peristiwa penting yang mesti diyakini yaitu bangkit kembali setelah meninggal. Demikianlah doa yang ucapkan oleh Nabi Isa a.s, Berilah keselamatan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada saat aku meninggal dan pada saat aku dibangkitkan kembali setelah meninggal. (QS.Maryam[19]:33).

Kelahiran, kematian dan kebangkitan kembali setelah mati adalah kepastian bagi setiap kita. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia yang merupakan kemungkinan misterius. Mungkin terjadi, tetapi tidak setiap kita yang belum menikah mengatahui kapan waktunya. Berapa banyak diantara kita saat ini sangat berharap dan menanti-nantinya, tetapi belum juga terwujud harapan dan penantian itu. Namun, tidak sedikit yang tiba-tiba menikah tanpa perlu banyak waktu dalam penantian.

Seperti apapun misteri itu akan menyapa kita, yang pasti setiap kita menghendaki misteri itu adalah sesuatu yang paling mengesankan dalam hidup kita bukan justru paling mengenaskan. Setiap kita berharap saat menikah, akan ada pertemuan antara senyum dengan senyum, canda dengan canda dan tawa dengan tawa. Mempelai perempuan tersenyum bangga karena mendapatkan laki-laki yang terbaik, pun mempelai laki-laki tersenyum gembira bisa bersanding dengan bidadari terindah yang lama diidam-idamkan. Keduanya tersenyum karena bisa meniti maghlighai pernikahan sesuai syariat bukan melanggar syariat. Canda dan tawa pun akan semakin merekah di setiap tatapan mata mereka. Kemesraan diantara mereka berdua akan semakin hangat. Suasana romantis akan terbangun di sepanjang pertemuan diantara keduanya.


Yang ada hanya keindahan, karena mereka menikah hanya karena Allah. Begitulah suasana romantis yang pernah dialami oleh Sayidina Ali r.a., dengan Sayidah Fatimah r.a., sesaat mereka menikah. “Wahai kekasihku, sesunguhnya aku pernah menyukai seorang pemuda ketika aku masih gadis dulu. Demikianlah Fatimah membuka percakapan kepada suaminya yang sepontan disambut dengan sedikit kekagetan. Siapakah lelaki terhormat itu, dinda? Tanya Ali r.a, dengan wajah sedikit memerah. “Lelaki itu adalah engkau, sayangku,” jawabnya sambil tersipu, membuat Sayidina Ali tersenyum dan semakin mencintai isterinya.

Subhanallah, begitu romantis dan mesra mereka, membuat kita semua menjadi iri terhadap keduanya. Apa sebenarnya rahasia kemesraan tersebut? Cukup sederhana jawabnya, mereka menikah hanya karena Allah, berproses menuju pernikahan sesuai syariat. Tidak ada istilah pacaran di antara mereka meskipun sebenarnya, sebelum menikah Fatimah r.a., sudah menaruh hati kepada Ali r.a., Ada benih-benih cinta yang muncul dan ada harapan bisa memilikinya. Tetapi ternyata Fatimah r.a. mampu menjaga kesucian hatinya. Ia mampu menjaga cinta dan harapannya dan mengadukannya hanya kepada Allah karena ia lebih mencintai Allah di atas segala-galanya. Akhirnya Allah benar-benar mengabulkan keinginannya. Fatimah r.a., bisa menikah dengan Ali r.a, dalam suasana penuh ridho dan diridhoi Allah.

Setiap kita pasti menginginkan susana pernikahan layaknya Ali r.a dan Fatimah r.a. Mesra, romantis, haru, bahagia, senyum, canda dan tawa. Itulah suasana hati yang kita harapkan ada dalam pernikahan kita. Namun, tampaknya keinginan kita tersebut hanya angan-angan, karena mungkin kita tidak serius mengusahakannya. Lebih sering kita meniru kebiasaan muda-mudi ala Barat dalam pergaulan. Jalan berdua, bergandengan tangan, berboncengan antar muda-mudi lain jenis sering kita jumpai di mana-mana. Saling telpon dan sms murahan menjadi kebiasaan yang seakan wajib dilakukan agar cepat dapat jodoh.

Bagaimana mungkin kita menginginkan pernikahan yang berkah jika ucapan-ucapan murahan sudah diobral sebelum menikah, I love You, Aku sangat mencintaimu, Aku sayang kamu, Aku rindu kamu, Aku ingin mencium dirimu, Aku ingin berdua dengan dirimu, Dirimulah satu-satunya cintaku, Dirimu adalah bidadariku, Tanpa dirimu lebih baik aku mati, dan ucapan-ucapan sejenis. Bukankah ucapan-ucapan itu hanya pantas untuk istri kita? Sebelum menikah tahanlah dirimu mengucapkan kalimat I love you because of Allah, persembahkanlah kalimat itu hanya untuk istri tercinta. Insya Allah suasana mesra dan romantis akan kita peroleh.

Bagaimana mungkin kita menginginkan pernikahan yang indah jika prosesnya kita awali dengan pelanggaran syariat berupa pacaran, ciuman, bahkan perzinahan? Naudzubillah. Bukankah justru pernikahan itu menjadi prahara dalam sejarah hidup kita. Tidak mungkin akan ada senyum bertemu senyum, canda bertemu canda atau tawa bertemu tawa. Yang ada justru sebaliknya, malu, merasa bersalah, muram, bingung, galau dan putus asa. Mempelai perempuannya tertunduk malu memegang perutnya yang mulai membesar karena Pemilu (Pernikahan Hamil Dahulu), sedangkan mempelai prianya tengok kanan, tengok kiri, cari kesempatan melarikan diri. Orang tua tidak berani keluar menemui para tamu karena menanggung rasa malu yang sangat besar. Para tamu undangan dan tetangga pun memandang sinis dengan segudang prasangka dan ejekan.

Pernikahan memang bukan segala-galanya dalam hidup kita, tetapi segala-galanya bisa hancur karena pernikahan yang tidak berkah. Mari jadikan pernikahan adalah peristiwa yang paling berkesan dalam hidup kita. Kita jadikan pernikahan bisa melahirkan keberkahan-keberkahan yang bisa menunjang kecintaan kepada Allah. Akhirnya, semoga kita bisa mesra sepanjang masa bersama istri/suami tercinta dalam naungan cintaNYA. Amiin….
Allahu taala alam

Oleh: Muhamad Mujari
Dipublish juga di http://mmujari.blogdetik.com
 

Total Tayangan Halaman

Tampilan blog ini?